Walikota Muslim Pertama New York : Zohran Mamdani

Zohran Mamdani Jadi Walikota New York, Ini Refleksi Hidayat Nur Wahid

JAKARTA, bungopos.com - Di tengah hiruk-pikuk politik global yang kerap diwarnai oleh kekuatan modal dan lobi-lobi elit, sebuah kabar datang dari belahan dunia lain: Zohran Mamdani, seorang politisi muda Muslim keturunan Uganda-India, terpilih menjadi Wali Kota New York. Kabar itu mungkin tampak jauh dari Jakarta, tetapi gema moralnya terasa hingga ke ruang publik Indonesia.

Salah satu yang menyambut kemenangan tersebut dengan penuh makna adalah Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. Bagi Hidayat, atau akrab disapa HNW, kemenangan Zohran bukan sekadar kisah sukses seorang politisi minoritas di Amerika Serikat. Ia melihatnya sebagai titik balik kesadaran global, bahwa nurani dan kemanusiaan masih hidup—bahkan di tengah gelombang besar oligarki dan Islamofobia.

“Ini adalah kemenangan yang patut disyukuri oleh warga New York, khususnya masyarakat kelas pekerja dan para aktivis kemanusiaan pro Gaza/Palestina di seluruh dunia,” ujar HNW dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (5/11). “Hal ini menunjukkan wajah Amerika Serikat yang baru — generasi yang menolak arogansi dan hegemoni asing Zionis, dan mengedepankan keadilan serta kemanusiaan global.”

Ketika Nurani Menang atas Propaganda

Bagi Hidayat, kemenangan Zohran adalah kisah keberanian melawan arus. Di tengah kampanye hitam bernuansa Islamofobia dan tekanan dari oligarki pro-Zionis, Zohran justru menang karena integritas dan idealismenya. Ia tak membalas fitnah dengan kebencian, tetapi dengan kerja nyata, advokasi keadilan sosial, dan pembelaan terhadap kelompok tertindas — termasuk rakyat Palestina.

“Zohran menghadapi masifnya konspirasi oligarki pro-Zionis dan kampanye Islamofobia karena latar belakangnya sebagai Muslim,” kata Hidayat. “Namun mayoritas pemilih New York yang multiras dan lintas agama tidak terpengaruh. Mereka memilih dengan hati, bukan dengan propaganda.”

HNW menilai, di situlah letak keajaiban demokrasi yang sejati. Bahwa ketika manusia dipertemukan oleh nilai-nilai universal — keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan — maka sekat-sekat identitas runtuh.

“Generasi muda New York tampil dengan kesadaran baru. Mereka militan tapi tidak anarkis. Mereka memilih Zohran bukan karena agama atau rasnya, tetapi karena kejujuran dan sikapnya yang berpihak kepada kemanusiaan,” tambahnya.

Politik yang Menyembuhkan Luka Dunia

Hidayat Nur Wahid bukan orang baru dalam memperjuangkan isu kemanusiaan. Dalam banyak kesempatan, ia konsisten menyuarakan pembelaan terhadap Palestina dan menolak segala bentuk penjajahan. Namun kali ini, ucapannya mengandung harapan lebih luas: bahwa politik, jika dijalankan dengan nurani, dapat menjadi jalan penyembuhan bagi luka-luka dunia.

Ia melihat kemenangan Zohran sebagai cermin dari perubahan zaman — bahwa dunia sedang bergerak menuju kesadaran baru. Kesadaran bahwa kekuasaan tanpa moral hanyalah tirani, dan bahwa politik tanpa empati hanyalah permainan kuasa tanpa arah.

“Kemenangan Zohran adalah pengingat bahwa politik bukan sekadar soal siapa yang berkuasa, tetapi soal siapa yang berpihak pada kebenaran dan kemanusiaan,” tuturnya penuh makna.

Inspirasi untuk Dunia, Termasuk Indonesia

Bagi Hidayat, kisah ini tak hanya relevan bagi Amerika. Ia juga menjadi cermin bagi demokrasi di Indonesia, yang sering kali diuji oleh pragmatisme dan politik uang. Menurutnya, kemenangan Zohran menunjukkan bahwa politik nilai dan moral masih mungkin menang, bahkan di tengah derasnya arus materialisme politik.

“Zohran adalah simbol bahwa harapan belum padam. Dunia masih punya ruang bagi kejujuran, bagi keberanian moral. Dan itu adalah kabar baik, bukan hanya untuk Palestina atau New York, tapi untuk seluruh umat manusia,” kata Hidayat.

Sebuah Cahaya dari Barat

Di penghujung pernyataannya, Hidayat Nur Wahid mengajak semua pihak untuk melihat kemenangan Zohran bukan sebagai sekadar peristiwa politik di negeri orang, melainkan sebuah cahaya dari Barat — bahwa perubahan bisa datang dari mana saja, bahkan dari jantung kekuasaan global.

“Ketika seorang Muslim muda terpilih menjadi wali kota di kota sebesar New York dengan membawa pesan keadilan dan kemanusiaan, itu artinya dunia sedang bergerak menuju arah yang lebih beradab,” ujarnya.

Kemenangan itu, kata Hidayat, adalah kemenangan nurani atas kekuasaan, dan kemenangan kemanusiaan atas ketakutan. Dan di tengah banyaknya tragedi di dunia — dari Gaza hingga kota-kota kecil di Indonesia — kisah seperti ini adalah pengingat bahwa harapan selalu ada, selama manusia masih mau berpihak pada kebenaran. (***)

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://www.mpr.go.id/