Cerminkan Optimisme, IHSG Catat Rekor Level 8.000

Cerminkan Optimisme, IHSG Catat Rekor Level 8.000

JAKARTA, Bungopos.com – Pada Rabu, 17 September 2025, pasar modal Indonesia mencatat sejarah baru. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup pada posisi 8.025,179. Angka ini bukan hanya sekadar catatan statistik, melainkan simbol dari optimisme yang kokoh dan kepercayaan yang semakin kuat terhadap pasar modal serta perekonomian nasional. Kapitalisasi pasar pun mencapai rekor baru sebesar Rp14.516 triliun, lebih tinggi dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang sudah berada di Rp14.384 triliun. 

IHSG merupakan cerminan pergerakan seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, pergerakan indeks ini sering dijadikan tolok ukur untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara. Kenaikan IHSG hingga menembus level 8.000 menunjukkan bahwa rata-rata harga saham perusahaan di Indonesia mengalami apresiasi, yang pada gilirannya juga menggambarkan kondisi fundamental ekonomi relatif kuat.

 Direktur Utama BEI Iman Rachman menyatakan bahwa kinerja impresif tersebut merupakan hasil sinergi antara BEI, pelaku industri pasar modal, serta dukungan penuh dari Otoritas Jasa Keuangan dan Pemerintah Indonesia. Pernyataan ini menegaskan bahwa capaian besar dalam pasar modal tidak berdiri sendiri, melainkan lahir dari kolaborasi banyak pihak yang sama-sama berupaya menjaga iklim investasi agar tetap kondusif dan penuh kepastian.

 Fundamental ekonomi Indonesia yang stabil menjadi salah satu alasan utama IHSG mampu mencatatkan rekor baru. Pertumbuhan ekonomi nasional yang konsisten di kisaran lima persen, inflasi yang terjaga, dan cadangan devisa yang memadai membuat kepercayaan investor tetap terpelihara. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga menjalankan kebijakan fiskal dan moneter yang relatif disiplin, sehingga sentimen pasar dapat terjaga dengan baik. Di tengah ketidakpastian global, kondisi domestik dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemodal, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Selain faktor makroekonomi, perkembangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia turut menjadi penggerak. Banyak perusahaan tercatat berhasil menunjukkan kinerja positif, melakukan ekspansi usaha, dan bahkan melantai di Bursa melalui penawaran saham perdana atau IPO. Kehadiran perusahaan baru di bursa memberikan variasi pilihan bagi investor dan meningkatkan likuiditas pasar. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah semakin besarnya partisipasi investor ritel, terutama dari kalangan generasi muda yang kini semakin melek investasi. Lonjakan jumlah investor ritel dalam lima tahun terakhir membuat perdagangan di bursa semakin dinamis dan memberikan warna baru dalam pergerakan IHSG.

Kapitalisasi pasar yang kini mencapai Rp14.516 triliun juga mencerminkan nilai yang besar dari seluruh perusahaan yang tercatat di bursa. Jika dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu, pada 2015 nilai kapitalisasi pasar hanya berada di kisaran Rp5.000 triliun. Artinya, dalam satu dekade nilai tersebut telah bertumbuh hampir tiga kali lipat. Pertumbuhan ini bukan hanya menggambarkan kenaikan harga saham, tetapi juga menunjukkan semakin banyaknya perusahaan berkualitas baik yang bergabung ke pasar modal dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi.

Bagi investor asing, pencapaian ini menjadi sinyal positif] bahwa Indonesia tetap merupakan destinasi investasi yang menarik. Dalam situasi global yang masih diliputi ketidakpastian akibat gejolak geopolitik, krisis energi, dan perubahan suku bunga dunia, pasar Indonesia tetap mampu menawarkan stabilitas dan potensi pertumbuhan yang solid. Hal ini membuat aliran modal global tetap tertarik masuk, memperkuat posisi pasar modal Indonesia dalam peta investasi internasional.

BEI sendiri menegaskan komitmennya untuk menjaga momentum positif ini. Sejumlah inisiatif terus dijalankan, mulai dari program literasi dan inklusi keuangan yang ditujukan untuk memperluas pemahaman masyarakat tentang pentingnya berinvestasi, hingga mendorong lebih banyak perusahaan potensial untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran perdana saham di BEI. Digitalisasi dan pemanfaatan teknologi perdagangan saham juga terus ditingkatkan agar akses ke pasar modal semakin mudah, cepat, dan transparan. Kerja sama erat dengan OJK serta pemerintah menjadi fondasi penting dalam memastikan bahwa pasar modal Indonesia tidak hanya tumbuh pesat, namun juga berkelanjutan dan berpihak pada kepentingan.

IHSG yang menembus level 8.000 seharusnya menjadi momentum refleksi bagi masyarakat luas tentang pentingnya berinvestasi. Pasar modal menawarkan alternatif yang bisa memberikan imbal hasil lebih besar dalam jangka panjang. Tentunya, keputusan berinvestasi tetap harus disertai dengan pengetahuan, kesabaran, serta kesadaran akan risiko yang menyertai.

Rekor baru ini juga menjadi simbol bahwa pasar modal Indonesia semakin matang dan semakin mengokohkan pilar pembangunan ekonomi nasional. Pada akhirnya, pasar modal bukan hanya soal angka-angka yang tercatat di layar perdagangan, tetapi juga tentang kontribusinya dalam membangun kemandirian, kedaulatan, dan keberlanjutan ekonomi bangsa. IHSG di atas 8.000 bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal dari babak baru dalam sejarah pasar modal Indonesia.(*)

Penulis: Linnaliska
Editor: Linnaliska