ILUSTRASI : Tumpukan emas batangan

Belajar Dari Psikoterapi AS, Clay Cockrell : Bahagia Tak Ditemukan Pada Kekayaan Tapi Kepedulian

DITENGAH gemerlapnya dunia modern yang kerap mengukur kesuksesan dengan harta benda, seorang psikoterapis asal Amerika Serikat, Clay Cockrell, memilih jalan yang berbeda. Ia mengaku telah berhenti berusaha mengejar kekayaan berlimpah, karena pengalaman hidupnya justru menunjukkan bahwa memiliki segalanya tidak serta merta menghadirkan kebahagiaan.

“Dulu saya berpikir, jika punya rumah besar, mobil mewah, atau rekening bank yang penuh, maka hidup saya akan bahagia,” ujar Cockrell dalam sebuah sesi reflektif. “Namun kenyataannya, semakin saya mengejar itu semua, semakin saya merasa hampa.”
Sebagai seorang psikoterapis yang kerap berhadapan dengan beragam kisah manusia, Cockrell menyadari bahwa akar kebahagiaan bukanlah materi. Ia menemukan bahwa hubungan yang hangat dalam keluarga dan kontribusi nyata kepada masyarakat justru jauh lebih bernilai dibanding sekadar harta benda.

“Ketika saya duduk makan malam bersama keluarga, mendengar tawa mereka, atau ketika saya bisa membantu orang lain menemukan harapan dalam hidup, di situlah kebahagiaan sejati hadir,” katanya.

Pernyataan Cockrell terasa relevan di era saat ini, ketika tekanan sosial untuk terlihat sukses begitu besar. Banyak orang berjuang keras demi status dan materi, namun melupakan esensi kehidupan yang sebenarnya: koneksi emosional, kasih sayang, dan makna yang kita ciptakan dalam hubungan dengan sesama.

Menurutnya, kebahagiaan bisa “diciptakan” bukan dari jumlah nol dalam rekening bank, melainkan dari kehadiran, kepedulian, dan rasa syukur.

Sebagai terapis, Cockrell tidak hanya menyampaikan teori kepada kliennya, melainkan juga mempraktikkan filosofi tersebut dalam kehidupannya sendiri. Ia lebih memilih menyeimbangkan waktu antara bekerja, melayani masyarakat, dan bersama keluarga, dibanding menghabiskan tenaga untuk mengejar kekayaan yang tak ada habisnya.

“Pada akhirnya, yang kita inginkan bukanlah uang yang menumpuk, tapi hati yang tenang dan hubungan yang bermakna,” tutupnya. (***)

Editor: Arya Abisatya
Sumber: bbc Indonesia