BAYUNG Lencir bukan hanya sebuah kecamatan yang terletak di persimpangan jalur lintas Sumatera. Bagi civitas akademika Institut Agama Islam Muhammad Azim (IAIMA) Jambi, daerah ini kini telah meninggalkan jejak tersendiri: hangat, ramah, sekaligus inspiratif.
Di balik suasana masyarakat yang sederhana, ada sebuah cerita kolaborasi antara kampus dan pemerintah daerah yang patut dikenang. Itulah yang membuat Rektor IAIMA Jambi, Dr. dr. Nadiyah, S.P. OG, merasa perlu menyampaikan ungkapan terima kasih secara khusus kepada para pemimpin lokal yang telah menjadi mitra sekaligus keluarga bagi mahasiswa IAIMA selama menjalani Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) tahun 2025.
Kukerta selalu menjadi momentum penting dalam perjalanan akademik mahasiswa. Namun di Bayung Lencir, kisahnya terasa berbeda. Para mahasiswa disambut bukan sekadar sebagai tamu, tetapi diperlakukan bak anak sendiri.
Camat Bayung Lencir, Bapak Muhammad Imron, S.Sos., M.Si, menjadi sosok sentral dalam memastikan kehadiran mahasiswa IAIMA berjalan lancar. Dengan koordinasi yang rapi, ia bersama jajaran pemerintahan membuka ruang bagi mahasiswa untuk belajar, berkontribusi, dan membaur dengan masyarakat.
Tak hanya itu, Lurah Bayung Lencir, Bapak Siwarudin, bersama para kepala desa — Bapak Sunarto (Desa Suka Jaya), Bapak Triono (Desa Mekar Jaya), dan Bapak Abdul Muin (Desa Senawar Jaya) — turut serta memberikan pendampingan. Dari rapat kecil di balai desa hingga obrolan ringan di serambi rumah warga, mahasiswa mendapatkan pengalaman berharga tentang arti kebersamaan.
Hari pertama, mahasiswa peserta yang biasanya grogi, bahkan sempat bingung, namun, berkat sambutan hangat kepala desa dan keramahan warga, rasa canggung itu hilang. Sang mahasiswa kemudian aktif membantu kegiatan desa, bahkan ikut serta dalam gotong royong dan pengajian rutin.
Kisah sederhana itu menjadi bukti nyata bahwa pendidikan bukan sekadar teori di kelas. Pendidikan sejati justru hidup dalam interaksi, kerja sama, dan kebersamaan dengan masyarakat.
Program Kukerta IAIMA Jambi bukan hanya sekadar agenda rutin tahunan, melainkan bagian dari filosofi kampus: mengasah kecerdasan intelektual sekaligus menumbuhkan kepedulian sosial. Bayung Lencir, dengan segala keramahan dan keterbukaannya, telah menjadi ladang subur bagi mahasiswa untuk menanam nilai-nilai itu.
“Kami percaya, pengabdian mahasiswa hari ini adalah cikal bakal lahirnya pemimpin masa depan. Dan Bayung Lencir telah membuktikan bahwa kampus dan masyarakat bisa tumbuh bersama, saling memberi, dan saling menguatkan,” ujar Rektor Nadiyah penuh haru.
Bagi IAIMA Jambi, Kukerta 2025 di Bayung Lencir hanyalah awal dari sebuah jembatan panjang. Rektor Nadiyah berharap sinergi yang sudah terjalin tidak berhenti pada kegiatan ini saja. Ia menginginkan kerja sama berlanjut dalam berbagai bidang — pendidikan, sosial, maupun pengembangan masyarakat.
“Silaturahmi ini adalah investasi yang tak ternilai. Kami ingin menjadikannya sebagai modal kebersamaan untuk melangkah lebih jauh, demi kemajuan daerah dan bangsa,” tutupnya.
Dan demikianlah, Bayung Lencir kini tercatat dalam sejarah IAIMA Jambi. Sebuah daerah yang bukan hanya menjadi lokasi Kukerta, tetapi juga rumah kedua yang mengajarkan arti pengabdian.(***)