JAKARTA, bungapos.com - Bagi pasangan suami istri, memiliki rumah tangga yang nyaman, tenteram, dan harmonis merupakan dambaan.
Namun, dalam perjalanannya sering kali diuji dengan perselisihan dan pertengkaran yang terkadang tidak dapat dihindari. Untuk menghadapi situasi tersebut, ada tiga tips dan nasihat ulama yang dapat dilakukan oleh pasangan suami istri agar rumah tangga senantiasa diliputi ketenangan dan kedamaian.
1. Saling menghormati dan menyayangi
Saling menghormati dan menyayangi merupakan fondasi dalam sebuah rumah tangga. Hal ini bisa disebut sebagai mu'asyarah bil ma'ruf atau "bergaul dengan cara yang baik".
Menurut Imam Al-Ghazali, suami-istri harus memperlakukan satu sama lain dengan akhlak terbaik. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 19:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۚ
Artinya: “Pergaulilahmereka dengan cara yang patut.”
Lebih jauh, Al-Ghazali juga menekankan pentingnya sikap suami dan istri untuk saling memperlakukan pasangannya dengan akhlak yang mulia. Bagi suami, harus memperlakukan istrinya dengan bijak, dan menerima apa adanya. Bagi istri, harus menghormati suami, menjaga kehormatan keluarga, dan patuh terhadap perintahnya selama tidak bertentangan dengan syariat. Al-Ghazali menjelaskan:
الْأَدَبُ الثَّانِي حُسْنُ الْخُلُقِ مَعَهُنَّ وَاحْتِمَالُ الْأَذَى منهن ترحمًا عليهن
Artinya: “Adab yang kedua: suami harus bersikap dan berakhlak baik terhadap istrinya, memiliki kesabaran saat istri marah, dan saat menderita sakit.” (Imam Al-Ghazali, Ihya' Ulumiddin, [Beirut, Darul Ma’rifah: tt], jilid. II, hlm. 42)
2. Saling Memahami dan menerima kekurangan
Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk memahami dan menerima kekurangan satu sama lain.
Imam Al-Ghazali menasihati agar seorang suami hendaknya bersabar dan tidak tergesa-gesa menceraikan istrinya jika menemukan sifat yang tidak disukai. Sebaliknya, ia harus menimbang-nimbang dan mengingat kebaikan-kebaikan lain dari pasangannya.
Sikap saling menerima ini sangat penting untuk menghindari perdebatan yang sia-sia dan menguatkan ikatan batin. Sang suami tidak boleh langsung marah ketika cemburu dan juga tidak boleh berprasangka buruk kepada istrinya. Artinya, suami istri mesti fokus pada kebaikan dan sisi positif yang ada dalam diri pasangannya, bukan melihat pada sisi kekurangannya.
Selain itu, mesti menghindari prasangka buruk dan kecurigaan berlebihan yang bisa merusak kepercayaan. Dengan saling menerima, ikatan batin kalian akan semakin kuat. Imam Al-Ghazali menjelaskan:
الْخَامِسُ الِاعْتِدَالُ فِي الْغَيْرَةِ وَهُوَ أَنْ لا يتغافل عن مبادي الْأُمُورِ الَّتِي تُخْشَى غَوَائِلُهَا وَلَا يُبَالِغَ فِي إِسَاءَةِ الظَّنِّ وَالتَّعَنُّتِ وَتَجَسُّسِ الْبَوَاطِنِ
Artinya: “Adab yang kelima: bersikap wajar dalam keadaan marah atau ketika sedang cemburu. Jangan memulai berprasangka terhadap hal-hal yang tidak diketahui (rahasia) tentang wanita.” (Ihya' Ulumiddin, jilid. II, hlm. 45)
3. Jujur dan Terbuka
Komunikasi dalam sebuah hubungan bisa diibaratkan seperti oksigen yang bisa menghidupkan suatu hubungan. Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya komunikasi yang lembut dan sopan. Bicara dengan kata-kata yang baik, hindari nada kasar, dan selalu mencari jalan tengah.
Selain itu, tidak dianjurkan kaku dalam komunikasi. Sesekali, diperlukan juga canda dan tawa untuk mencairkan suasana dan melepas penat setelah seharian beraktivitas. Bercanda bisa bikin hati senang, dan ini penting untuk keharmonisan rumah tangga. Al-Ghazali menjelaskan:
الثَّالِثُ أَنْ يَزِيدَ عَلَى احْتِمَالِ الْأَذَى بِالْمُدَاعَبَةِ وَالْمَزْحِ وَالْمُلَاعَبَةِ فَهِيَ الَّتِي تُطَيِّبُ قُلُوبَ النِّسَاءِ
Artinya: “Adab yang ketiga: hendaklah bermain dan bercanda dengan istri (jangan mendiamkannya dalam waktu yang lama). Seorang suami hendaknya sering bermain dan bercanda dengan istri di samping menanggung semua beban penderitaan berupa kewajibannya. Sebab, semua itu terbukti mampu memberikan kesenangan kepada keduanya (suami dan istri).” (Ihya' Ulumiddin, jilid. II, hlm. 44)