Fahmi Rasid

Peran Tenaga Ahli Gubernur dalam Kepemimpinan Pembangunan Jambi 2026

OLEH : *Dr. FAHMI RASID* 

Dosen Universitas Muhammadiyah Jambi 

DINAMIKA pembangunan daerah yang semakin kompleks, seorang kepala daerah tidak cukup hanya memiliki visi. Ia membutuhkan keberanian untuk mendengar, ketajaman untuk menilai, dan kebijaksanaan untuk mengambil keputusan. Kepemimpinan modern menuntut kombinasi antara political leadership dan intellectual leadership. Di Provinsi Jambi, kombinasi itu tercermin melalui kehadiran dan peran strategis Tenaga Ahli Gubernur (TAG) yang bekerja mengawal arah pembangunan daerah.

Ekspose Hasil Diskusi Rabu Series (DRS) Tahun 2025 bukan sekadar agenda seremonial tahunan. Ia adalah potret bagaimana kepemimpinan Gubernur Jambi dibangun di atas fondasi gagasan, kajian, dan dialog. Dari forum inilah terlihat bahwa pembangunan Jambi tidak dikelola dengan pendekatan coba-coba, melainkan melalui proses berpikir yang terstruktur, terukur, dan berbasis kebutuhan riil masyarakat.

#Kepemimpinan yang Mau Mendengar

Salah satu ciri kepemimpinan kuat adalah kesediaan membuka ruang kritik dan masukan. Dalam literatur kepemimpinan publik, hal ini dikenal sebagai inclusive leadership kepemimpinan yang tidak merasa paling tahu, tetapi justru mengorganisir pengetahuan kolektif. Diskusi Rabu Series (DRS) adalah manifestasi nyata dari pendekatan tersebut.

Melalui DRS, Gubernur Jambi memberi mandat kepada TAG untuk mengumpulkan, mengolah, dan merumuskan pemikiran strategis lintas sektor. Tidak semua kepala daerah berani mengambil langkah ini. Sebab, membuka ruang diskusi berarti siap menerima pandangan yang mungkin tidak selalu sejalan dengan intuisi politik. Namun justru di situlah kualitas kepemimpinan diuji.

#TAG sebagai Penjaga Nalar Kebijakan

Dalam struktur pemerintahan modern, Tenaga Ahli bukanlah simbol kemewahan birokrasi. Mereka adalah policy advisor penjaga nalar kebijakan. Slide Fokus Program TAG Jambi Tahun 2026 dengan jelas menunjukkan bahwa peran TAG ditempatkan sebagai sistem advisory yang aktif: memberikan masukan strategis, mendampingi OPD, melakukan monitoring dan evaluasi, serta menghubungkan pemerintah dengan pihak eksternal.

Peran ini sejalan dengan teori evidence-based policy, yang menegaskan bahwa kebijakan publik harus dibangun di atas data, analisis, dan pembelajaran berkelanjutan. Kepemimpinan Gubernur Jambi tampak sadar bahwa visi besar seperti “Jambi Mantap” hanya akan menjadi slogan jika tidak dikawal oleh analisis yang tajam dan implementasi yang konsisten.

#Quick Win: Bukti Kepemimpinan yang Responsif

Enam program quick win yang dirumuskan TAG mulai dari pengawalan PROJAMBI, kajian pembiayaan inovatif, strategi komunikasi publik berbasis ASN, hingga penanganan sampah menunjukkan keberpihakan pada masalah nyata yang dihadapi masyarakat. Inilah bentuk responsive governance.

Dalam perspektif media massa, program quick win adalah pesan penting kepada publik: pemerintah bekerja, pemerintah hadir, dan pemerintah tidak menunggu semuanya sempurna untuk mulai bergerak. Kepemimpinan Gubernur Jambi terlihat dalam keberanian menetapkan prioritas yang berdampak cepat, tanpa meninggalkan agenda jangka panjang.

#Berpikir Jauh ke Depan: Infrastruktur dan Hilirisasi

Namun kepemimpinan tidak berhenti pada solusi jangka pendek. TAG juga merumuskan sebelas program strategis menengah panjang yang menyentuh akar persoalan pembangunan Jambi. Hilirisasi ekonomi, pengembangan kawasan pangan dan energi, transportasi Sungai Batanghari, pembangunan rel kereta api, hingga konektivitas bandara adalah contoh kebijakan yang menuntut visi lintas waktu.

Dalam teori pembangunan daerah, inilah yang disebut structural transformation. Daerah yang ingin maju harus berani keluar dari ketergantungan pada sektor primer. Kepemimpinan Gubernur Jambi melalui TAG menunjukkan kesadaran bahwa masa depan ekonomi Jambi tidak cukup bertumpu pada komoditas mentah, tetapi pada nilai tambah, konektivitas, dan daya saing.

#DRS sebagai Ruang Demokratisasi Kebijakan

Keunggulan Diskusi Rabu Series terletak pada prosesnya yang terbuka dan dialogis. OPD, akademisi, praktisi, dan mitra strategis duduk dalam satu meja gagasan. Ini bukan hal yang lazim dalam birokrasi yang sering kali hierarkis dan sektoral.

Dalam teori collaborative governance, pendekatan seperti ini terbukti meningkatkan kualitas kebijakan karena memperluas perspektif dan mengurangi bias sektoral. Kepemimpinan Gubernur Jambi terlihat dalam kemampuannya membangun ekosistem diskusi yang sehat di mana perbedaan pandangan tidak dianggap sebagai ancaman, melainkan sebagai sumber kekuatan.

#Buku Bunga Rampai : Warisan Intelektual Kebijakan

Penyerahan Buku Bunga Rampai TAG Tahun 2025 bukan sekadar simbol penutupan kegiatan. Ia adalah warisan intelektual kebijakan daerah. Di dalamnya terangkum ide, analisis, dan rekomendasi yang lahir dari proses panjang diskusi dan kajian.

Dalam konteks media, ini adalah pesan penting: pemerintah tidak bekerja secara reaktif, tetapi membangun arsip pemikiran sebagai rujukan kebijakan. Kepemimpinan yang meninggalkan jejak pemikiran adalah kepemimpinan yang berpikir melampaui masa jabatan.

#Menjaga Konsistensi Arah Pembangunan

Salah satu tantangan terbesar pemerintahan daerah adalah inkonsistensi kebijakan. Program sering berubah mengikuti dinamika politik atau pergantian pejabat. Di sinilah peran TAG menjadi krusial sebagai penjaga kesinambungan.

Melalui monitoring, evaluasi, dan pendampingan OPD, TAG memastikan bahwa kebijakan tetap berada pada rel RPJMD dan visi Gubernur. Dalam teori manajemen publik, fungsi ini disebut strategic alignment. Kepemimpinan Gubernur Jambi tampak memahami bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya ditentukan oleh ide besar, tetapi oleh konsistensi implementasi.

#Kepemimpinan yang Membangun Sistem

Yang paling menonjol dari keseluruhan narasi ini adalah bahwa Gubernur Jambi tidak membangun ketergantungan pada figur, melainkan pada sistem. Dengan memperkuat peran TAG, DRS, dan mekanisme advisory, Gubernur sedang membangun fondasi tata kelola yang berkelanjutan.

Media massa sering kali terjebak pada personifikasi kepemimpinan. Namun dalam kasus ini, yang patut diapresiasi adalah keberanian membangun sistem berpikir. Kepemimpinan seperti inilah yang mampu bertahan menghadapi perubahan, tekanan fiskal, dan tuntutan publik yang terus meningkat.

#Kepemimpinan yang Berpikir dan Bertindak

Ekspose Hasil Diskusi Rabu Series Tahun 2025 memperlihatkan satu hal penting: pembangunan Jambi tidak berjalan tanpa arah. Ia dikawal oleh pemikiran, dipandu oleh visi, dan digerakkan oleh kepemimpinan yang mau mendengar serta berani memutuskan.

Tenaga Ahli Gubernur hadir bukan sebagai penonton, melainkan sebagai penjaga nalar kebijakan. Dan di atas semua itu, kepemimpinan Gubernur Jambi hadir sebagai pengikat yang menyatukan gagasan, kebijakan, dan tindakan dalam satu arah besar: menghadirkan pembangunan yang berdampak, berkelanjutan, dan berpihak pada rakyat.

Dalam dunia yang semakin kompleks, kepemimpinan seperti inilah yang dibutuhkan daerah. Kepemimpinan yang tidak hanya sibuk membangun fisik, tetapi juga membangun cara berpikir. Jambi sedang menapaki jalan itu.

*Referensi Singkat* 

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

3. RPJMD Provinsi Jambi.

4. World Bank. (1992). Governance and Development.

5. Ansell, C. & Gash, A. (2008). Collaborative Governance in Theory and Practice.

6. Howlett, M. & Newman, J. (2010). Policy Advisory Systems.

7. Todaro, M.P. & Smith, S.C. (2015). Economic Development.

Penulis: Fahmi Rasid
Editor: Linnaliska