Prof. Adrefiza

Dari Sopir hingga Profesor : Perjalanan Hidup Prof. Drs. Adrefiza, M.A, P.hD Menuju Guru Besar UNJA

JAMBI, bungopos.com - Universitas Jambi (UNJA) kembali menorehkan sejarah akademik dengan mengukuhkan Prof. Drs. Adrefiza, M.A. sebagai Guru Besar bidang Ilmu Linguistik Terapan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Pengukuhan berlangsung khidmat di Balairung Pinang Masak, Kampus UNJA Mendalo.

Di balik pencapaian prestisius itu, tersimpan kisah panjang tentang perjuangan, kegigihan, dan kerja keras seorang anak bangsa yang lahir di Solok, Sumatera Barat. Dari tanah kelahirannya yang sejuk, Prof. Adrefiza tumbuh dengan semangat pantang menyerah, ditempa tradisi Minangkabau yang lekat dengan nilai perjuangan.

 

Selepas pendidikan menengah atas, ia melanjutkan studi sarjana di Universitas Negeri Padang (UNP) pada 1989. Namun, semangatnya tak berhenti di situ. Tahun 1996, ia memberanikan diri merantau hingga ke University of Canberra, Australia, untuk menempuh studi internasional. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan bahkan membawanya kembali ke kampus yang sama hingga meraih Doctor of Philosophy (Ph.D.) pada 2012.

Namun, perjalanan akademiknya jauh dari kata mudah. Prof. Adrefiza berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah. Untuk bisa terus sekolah, ia harus bekerja serabutan—mulai dari sopir, kenek mobil, hingga buruh kasar. Saat melanjutkan studi di Australia pun, ia tetap bekerja paruh waktu di restoran dan pusat perbelanjaan.

“Mahasiswa di sana boleh bekerja 20 jam per minggu, tapi saya pernah sampai 40 jam per minggu untuk memenuhi kebutuhan hidup,” kenangnya.

Jalan Berliku Menuju Profesor

Meraih gelar doktor tidak serta-merta membuka jalan mulus menuju Guru Besar. Empat kali usulan profesornya ditolak. Namun, alih-alih menyerah, ia terus memperbaiki kekurangan hingga pada pengajuan kelima, akhirnya dinyatakan lolos.

“Perjalanan terberat dalam pendidikan saya adalah menuju Profesor. Saya sudah lima kali mengajukan usulan, baru pada kesempatan terakhir berhasil,” ujarnya dengan senyum lega.

 

Selain tekun di dunia akademik, Prof. Adrefiza aktif berorganisasi sejak masa kuliah. Baginya, organisasi adalah ruang pembelajaran penting yang membentuk kedewasaan dan kepemimpinan.

“Kematangan seseorang tidak hanya ditentukan oleh akademis, tapi juga pengalaman sosial. Bahkan sampai S3 pun saya tetap aktif di organisasi,” ungkapnya.

Pesan untuk Generasi Muda

Kini, setelah resmi menyandang gelar Profesor, Prof. Adrefiza menitipkan pesan bagi mahasiswa agar tidak hanya mengejar nilai akademik semata.

“Mahasiswa itu harus utuh. Berhasil secara akademis, tapi jangan melupakan aspek sosial. Keterampilan tambahan dan pengalaman sosial sangat penting untuk menunjang cara berpikir dan menyelesaikan masalah,” tuturnya.

Perjalanan hidup Prof. Drs. Adrefiza, M.A., adalah cermin dari arti kegigihan dan keteguhan hati. Dari jalan berdebu sebagai sopir dan buruh kasar, hingga podium kehormatan sebagai Guru Besar, ia membuktikan bahwa keberhasilan sejati lahir dari keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kematangan sosial. (***)

Editor: arya abisatya
Sumber: www.unja.ac.id