Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron
JAKARTA, bungopos.com - Kementerian Agama dalam tiga tahun terakhir menggulirkan Ministry of Religious Affairs The Awakened Indonesia Research Funds Program (MoRA The Air Funds). Ini merupakan program pendanaan untuk riset yang disiapkan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan-Kementerian Agama (LPDP-Kemenag).
Ada empat fokus riset MoRA The Air Fund, yaitu: bidang sosial humaniora, ekonomi dan lingkungan, bidang kebijakan agama dan keagamaan dan sains dan teknologi. Masing-masing nilai anggaran untuk tiga bidang pertama maksimal Rp500 juta. Sementara khusus bidang sains dan teknologi, anggaran maksimal yang disiapkan Rp2 miliar.
Ujar Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron mengatakan, program ini sangat strategis dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Menurutnya, Indonesia Emas 2045 yang dicita-citakan harus disambut dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing. Apalagi, Mc Kinsey meramalkan bahwa Indonesia akan berada pada bonus demografi, di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak daripada usia yang tidak produktif (0-15 tahun dan 64 tahun ke atas).
Sasaran Utama Visi Indonesia 2045 mencakup (5) lima hal, yaitu pendapatan per kapita setara negara maju, kemiskinan menuju 0% dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan pengaruh dunia internasional meningkat, daya saing sumber daya manusia meningkat dan intensitas Gas Rumah Kaca (GRK) menurun menuju Net Zero Emissions.
Kondisi tersebut menjadi peluang sekaligus tantangan. Sementara data menunjukan bahwa rasio penduduk Indonesia bergelar Magister (S2) atau Doktor (S3) dari penduduk usia produktif menunjukan (0,49%) tertinggal dibanding Malaysia, Vietnam, Thailand (2,43%), dan Negara Maju (9,8%) seperti USA, Jepang, Korea, New Zealand, Kanada, dan Jerman.
“SDM menjadi kata kunci agar Indonesia tetap eksis dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Riset menjadi hal yang strategis untuk menjadi arus utama dalam rangka menjamin tumbuhnya SDM berkualitas dan berdaya saing,” ujar Sahiron di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Mora The Air Funds Program
Sahiron menilai, Mora The Air Funds Program atau Program Pendanaan Riset Indonesia Bangkit Kementerian Agama RI, menjadi jawaban. Secara teknis, MoRA The Air Funds Program ditangani Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Puspenma bertanggungjawab pada pembiayaan pendidikan strategis yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Satuan kerja ini dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No 25 Tahun 2024 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI yang diperbarui dengan PMA Nomor 33 Tahun 2024. Puspenma dipimpin oleh Kepala Pusat, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama melalui Sekretaris Jenderal.
“Program ini menjadi terobosan penting bagi Kementerian Agama RI dalam kerangka menyelesaikan problem-problem kemasyarakatan, Keagamaan dan kebangsaan berbasis riset. Lahirnya program ini didasarkan pada pertimbangan atas tantangan dunia Pendidikan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly, yang kian hari kian komplek. Tidak saja masalah perluasan akses, tetapi juga peningkatan mutu dan daya saing,” ungkap Prof Sahiron.
Menurutnya, Tri Dharma perguruan tinggi, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, menjadi matra utama untuk dikembangkan. Dalam konteks penelitian (riset), telah lama dikembangkan oleh Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly, baik sekala nasional maupun internasional. Mengangkat pelbagai tema-tema penting yang inovatif dan berkontribusi menyelesaikan problem-problem kebangsaan dan dunia global.
Program ini bertujuan antara lain: Pertama, meningkatkan kualitas sumber daya riset melalui penerapan dan pengembangan riset yang kontributif bagi keilmuan, masyarakat dan daya saing bangsa; Kedua, akselerasi peningkatan sumber daya riset di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan dan Ma’had Aly; Ketiga, memperbanyak hasil riset dalam bentuk publikasi ilmiah pada jurnal internasional bereputasi, paten dan kekayaan intelektual lainnya, dan/atau naskah akademik untuk dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan publik.
Selain dalam rangka meningkatkan kualitas riset yang bersifat advance studies, pada berbagai bidang keilmuan, program MoRA The Air Funds juga dimaksudkan untuk merespons berbagai persoalan yang dihadapi bangsa, menuju Indonesia Emas tahun 2045. Selain itu, untuk memperkuat kapasitas dan daya saing PTK dan lembaga pendidikan yang setara, dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang sosial humaniora, sains dan teknologi, ekonomi, dan lingkungan, serta kebijakan layanan pendidikan dan keagamaan pada Kementerian Agama Republik Indonesia.
Prioritas Riset
Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Kementerian Agama RI, Ruchman Basori menjelaskan, ada empat tema prioritas yang menjadi fokus utama program MoRA The AIR Funds, yaitu Sains dan Teknologi, Sosial Humaniora, Ekonomi dan Lingkungan, serta Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan.
Bidang Sosial Humaniora mencakup 19 tema: pendidikan transformatif, kontekstualisasi teks agama dan keagamaan; demokrasi dan identitas bangsa; budaya keberagamaan dan harmoni sosial; hukum yang berkeadilan; globalisasi dan perubahan sosial; inovasi sosial, media dan masyarakat digital; kependudukan, kesejahteraan dan keadilan sosial; perempuan dan anak; budaya dalam upaya mencegah dan menangani akibat dari kekerasan, radikalisme, kekerasan berbasis gender, anak, etnisitas, agama dan identitas lainnya; pengembangan kesejahteraan dan keunggulan prestasi, demokrasi, politik dan pemilihan umum; Corporate Social Responsibility (CSR); mobilitas perempuan dan kelompok rentan sebagai resiliensi dalam sistem dan struktur masyarakat dalam era global; reformasi agraria; rekayasa sosial dan pengembangan pedesaan; kearifan lokal sebagai modal sosial bagi ketahanan bangsa; grand design kekayaan intelektual lokal, peninggalan sejarah dan pelestariannya; karakter bangsa dan pariwisata berkesinambungan; agama dan humanisme; hukum dan demokrasi.
Bidang Sains dan Teknologi ada 11 tema: hilirisasi sains, pengembangan teknologi, kedokteran dan kesehatan; pertanian dan ketahanan pangan; kemaritiman; transportasi; keragaman hayati; kebencanaan; pertahanan dan keamanan; jaringan, data dan keamanan informasi; saintifikasi jamu dan herbal, teknologi produksi pigmen alami, etnomedisin (daun, akar, umbi, batang, buah), pengembangan teknologi biosimilar, biosintesis, dan biorefinery untuk produksi bahan obat; penguatan agroindustri berbahan baku sumber daya lokal; pemanfaatan kearifan lokal dalam proses pemuliaan bibit tanaman, ternak dan ikan; pengembangan teknologi big data.
Bidang Ekonomi dan Lingkungan ada 13 tema, yaitu ekonomi syariah, kemiskinan ekstrim, green economy, green metrics, green campus dan perubahan iklim global, eksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir, regulasi dan budaya sadar bencana kebakaran lahan dan hutan, recovery kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pasca bencana, manajemen limbah berbahaya dan beracun, mobilitas pada masyarakat lokal dan strategi memelihara lingkungan asal dan tujuan, perempuan dalam wirausaha, koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis pengetahuan khas perempuan, digital ekonomi/smart economic/ekonomi kreatif.
Sedangkan tema Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan mencakup, Pertama, evaluasi dan pencanangan kebijakan; Tema ini terkait dengan layanan yang ada pada lingkup Kementerian Agama, meliputi: Madrasah, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama di Sekolah, Pendidikan Tinggi Keagamaan dan Pendidikan Keagamaan lainnya. Kedua, Layanan pendidikan, antara lain mencakup teknologi pendidikan dan pembelajaran, kurikulum pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, serta pengembangan manajemen sekolah berbasis kearifan lokal. Ketiga, Kebijakan layanan di bidang keagamaan meliputi: KUA, Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Jaminan Produk Halal, moderasi beragama dan kebijakan keagamaan di tingkat daerah, serta berbagai layanan keagamaan lainnya.
Isu riset 2025-2029 diharapkan berfokus pada dukungan terhadap sasaran pembangunan nasional seperti penurunan kemiskinan, peningkatan SDM, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, yang tercantum dalam RPJMN 2025-2029. Selain itu melibatkan peningkatan riset, percepatan hilirisasi riset, serta kolaborasi antara perguruan tinggi, dunia usaha dan industri untuk menciptakan solusi berbasis bukti yang dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dan mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Tahapan pelaksanaan Program MoRA the AIR Funds dimulai dari submit proposal, desk evaluasi, penetapan hingga pelaporan, yang semua dilakukan secara paperless melalui platform eRISPRO - LPDP; pendaftaran telah diumumkan sejak tanggal 13 Oktober 2025 dan pembukaan submit proposal mulai tanggal 23 Oktober hingga 7 November 2025.
Keterlaksanaan program MoRA the AIR Funds meniscayakan adanya suatu ekosistem riset dan inovasi di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan yang meliputi kebijakan riset dan pendanaan, infrastruktur riset, dan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, baik di dalam maupun luar negeri.
Program MoRA the AIR Funds harus dilaksanakan secara kolaboratif dan bersifat multi-helix yang terdiri dari periset Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK), periset dari beberapa lembaga riset dan/atau perguruan tinggi umum (PTU) di dalam maupun luar negeri. Juga dapat melibatkan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk menjamin ketercapaian luaran berjangka panjang serta dapat memberikan kemaslahatan bagi banyak pihak.
Penelitian ini dapat diselenggarakan multi years (1-3 tahun). Para dosen PTK diharapkan mengambil bagian pada riset bergengsi ini karena anggaran yang tersedia relatif besar, antara Rp500 juta hingga Rp2 miliar. (**)
Alamat: Graha Pena Jambi Ekspres,
Jl. Kapt. Pattimura No. 35 KM. 08
Kenali Besar, Kec. Alam Barajo, Kota Jambi
E-Mail: bungoposonline@gmail.com